Latest Games :
Home » » Indonesia Super League HAK SIAR ISL DIJUAL-BELIKAN 'KEJAHATAN TERSELUBUNG DIDIAMKAN

Indonesia Super League HAK SIAR ISL DIJUAL-BELIKAN 'KEJAHATAN TERSELUBUNG DIDIAMKAN

Sunday 7 April 2013 | 0 comments



Kompetisi Indonesia Super League (ISL), memang sudah bergulir sejak 5 Februari 2013. Namun, banyak sekali stakeholder khususnya anggota ISL yang berjumlah 18 klub, sepertinya anteng-anteng saja, tanpa punya hak untuk menggugat sebuah 'kejahatan terselubung' dalam menggunakan hak sebagai pemilik HAK SIAR.

Pernahkah ada sebuah pengumumam resmi dari lembaga ISL yang bernaung dibawah PT LI mengumumkan, bahwa hak siar musim 2012-2013 juga menjadi bagian dari TvOne? Mengingat pada musim 2011-2012, hak siar ISL hanya milik ANTV dengan nilai kontrak selama 10 tahun, dengan termin Rp 10 miliar untuk setiap tahunnya. Jadi, total ANTV membeli ISL sebesar Rp 100 miliar untuk masa 10 tahun.

Namun, ternyata musim 2013 ini - ANTV menyerahkan sebagian tayangan siaran langsungnya kepada TvOne (khusus Senin - Jumat), sedangkan ANTV hanya dapat jatah Sabtu dan Minggu.

Pertanyaan berikutnya, sejak kapan ANTV menjualbelikan hak siarnya kepada TvOne? Bagaimana dengan sistem kontraknya terkait dengan kontrak sebelumnya antara ANTV dengan PT LI? Apakah 18 klub anggota ISL mengetahui? Bagaimana sistem pembagian keuntungan hak siar yang dijualbelikan ANTV kepada TvOne? Apakah ini yang dinamakan bisnis secara profesional?

Suka atau tidak suka, standart pemasukan sebuah klub profesional di negara-negara maju. Maka, income tertingginya diambil dari pembagian royalti hak siar, kemudian sebuah klub akan mendapatkan income dari sponsor klub, kemudian dari penonton, dan yang terakhir dari jualan merchandising.

Namun, sejak musim 2011-2012 lalu, bisa dilihat bahwa. PT LI memiliki hutang kepada ANTV sebesar Rp 22 juta. Sementara itu, ANTV sendiri rugi kurang lebih Rp 50 miliar. Yang jadi pertanyaan, mengapa PT LI sebagai penyelenggara liga profesional justru berhutang kepada ANTV? Sementara itu, ANTV sendiri sudah berteriak rugi sebesar Rp 50 miliar. Ini sungguh sistem bisnis 'kong-ka-li-kon­g' yang masif dan wajib dipertanyakan oleh 18 klub anggota ISL.

Lalu, haknya 18 klub selama satu musim lalu, kira-kira dapat berapa? Dan, musim lalu apakah semua klub sudah mendapatkan haknya? Dan, berapa jumlah masing-masing klub mendapatkan hak-nya sebagai OBYEK.

Ibaratnya begini. NOAH, grup band milik Ariel ini ditanggap oleh lembaga promotor, namun setelah mereka manggung - NOAh tak dibayar. Sama dengan PT LI yang menggelar hampir 150 pertandingan musim 2011-2012, tapi PT LI tidak memberi bayaran, apalagi pihak PT LI sudah menjual hak siarnya kepada ANTV. Seharusnya, 18 klub punya hak menaptkan honor selama bertanding.

MELANGGAR ETIKA BISNIS
Masih ingat, pertandingan antara Pelita Bandung Raya vs Persija Jakarta, yang berlangsung di Stadion Siliwingi Bandung, Selasa 5 Februari 2013. Pertandingan itu disiarkan langsung oleh TvOne (perjanjian terselubung antara TvOne dan ANTV), yang diprediksi oleh CN, pasti tanpa sepengathuan klub tuan rumah Pelita Bandung Raya. Namun, ternyata TvOne hanya menyiarkan secara langsung hanya 45 menit babak kedua. Sedangkan 45 menit babak keduanya diganti acara yang dianggap lebih penting bagi TvOne (sebagai tivi berita image-nya).

Dalam event sebesar kompetisi, selama ini lembaga yang mengelola televisi, akan melakukan BIDDING kepada sebanyak mungkin televisi yang berminat. Misalnya, PT LI memberi kesempatan kepada sebanyak mungkin tivisi swasta di Indonesia. Namun, karena PT LI menilai bahwa ANTV yang sudah berpengalamanla­h yang dijadikan pemenangnya (masih bisa diperdebatkan sebagai pemenangnya, fairplay atau tidak).

Semestinya, pihak PT LI memiliki kriteria yang sudah jadi pakem, bagi setiap lembaga promotor menunjuk salah satu televisi pemenangnya. Misalnya, slot jadwal sudah tersedia, tim dan kru pihak televisi sudah berpengalaman, dan punya jam terbang yang tinggi. Peralatan televisi sudah dipastikan moderen, dan masih banyak masalah teknis yang dipresentasikan­ secara profesional.

Namun, ketika ANTV diam-diam memberi kesempatan kepada TvOne, seharusnya PT Liga Indonesia mempertanyakan kualitas tim yang mengerjakan saat siaran langsungnya, kualitas pengambilan gambar yang sudah standart, serta punya komitmen menjaga jadwal tidak molor. Dampaknya, TvOne melakukan 'wan-perstasi',­ hanya siarkan secara utuh dalam 45 menit babak pertama saja.

Bayangkan, jika Pelita Bandung Raya (PBR), memiliki komitmen dengan pihak ke-3 (para sponsor dan donasi) yang sudah dijanjikan akan disiarkan secara langsung (umpamanya, 10 pertandingan di kandang). Namun, ternyata kejadiannya hanya 45 menit saja, maka pihak sponsor Pelita Bandung Raya bisa menuntut manajemen PBR.

Lalu, PBR bisakah menuntut TvOne, sementara selama ini PT LI (yang menaungi PBR) hanya bekerjasama dengan ANTV, bukan dengan TvOne?

FORMAT INTERNASIONAL
Sudah bukan rahasia lagi, jika kompetisi Liga Primera Spanyol dimonopoli hanya oleh dua klub Real Madrid dan Barcelona. Parahnya kedua tim tidak hanya memonopoli dalam hal prestasi yang membuat kompetisi dinilai kurang kompetitif tapi juga dari segi finansial.

Penyebanya adalah masalah pembagian pendapatan hak siar yang lebih berpihak pada Barcelona dan Real Madrid, ketimbang tim lainnya. Ini ternyata bisa mempengaruhi kelangsungan hidup La Liga Spanyol.

Apabila pendapatan tidak mengalami peningkatan untuk mengatasi tingginya pengeluaran dan kesepakatan hak siar yang tidak disusun ulang, dalam lima tahun ke depan, La Liga Spanyol tidak akan bisa dilangsungkan.

Pembagian hak siar televisi dilakukan dengan sangat buruk. Tingginya rating penyiaran yang dimiliki Real Madrid dan Barcelona tidak diimbangi dengan pembagian rata dengan kontestan La Liga lainnya.

Masalah pembagian hak siar yang tidak merata ini sebenarnya sudah dikeluhkan banyak klub kontestan La Liga. Sebelum ini presiden Granada (dihukum UEFA, karena tak sanggup membayar hutang) menyatakan dengan keras bahwa sistem pembagian hak siar hanya akan membunuh klub lain dan makin membesar Real Madrid dan Barcelona saja.

Awal musim ini, masalah hak siar sempat mendapat protes keras dari 18 kontestan La Liga, di luar Real Madrid dan Barca. Bahkan mereka sempat mengancam mogok hingga kickoff La Liga musim 2012/2013 nyaris tertunda

Sementara itu, sistem hak siar Liga Inggris yang selama ini menjadi kiblat sepak bola profesional, bisa dijadikan 'contoh' sukses yang sulit dicarikan tandingannya. Sejak 1992, Liga Inggris memang sangat panjang mengelola kompetisinya, sehingga setiap klub tidak ada yang protes akibat sistem pembagiannya memang benar-benar terukur oleh yang namanya PRESTASI.

Jika ingin mendapatkan hak siara ratusan miliar, jalan satu-satunya hanya wajib harus bisa berada di ranking setinggi mungkin dalam puncak klasemen akhir. Jika juara, maka pembagian hak siarnya selangit, dan jika degradasi maka semakin menurun penghasilan klubnya. Sedangkan, bagi pendatang baru yang promosi ke Premier Leagur, juga sudah mendapat point hak siar yang menggiurkan.

Sementara, di Liga Indonesia (ISL), para anggota 18 klub hanya dapat Rp 3 miliar. Itu pun, cara memberinya dicicil, bahkan untuk ditagih saja sulitnya minta ampun. Pantas, kalau semua klub pasti akan bangkrut, wong lembaga pengelolanya saja berhutang, sedangkan pembeli hak siarnya rugi besar.

Saatnya, semua klub berontak kepada lembaga PT Liga Indonesia.

Erwiyantoro
Pecinta Sepak Bola Nasional
Share this article :

No comments:

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. HENDRA TAMBHENK - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger